Segelintir Kehidupan Pejuang Pangan: Galau Tiada Akhir

Total Tayangan Halaman

Rabu, 12 Desember 2012

Galau Tiada Akhir

Beberapa hari yang lalu, dengan tiba-tiba saja perut saya merasakan sakit yang luar biasa dengan indikasi perut kembung, sendawa berlebih dan sedikit mual. Hal ini sering terjadi pada saya sebelumnya, namun ini kali pertama saya merasakannya di asrama. Sungguh menyiksa rasanya, dimana biasanya ketika saya di rumah saya dapat dengan mudah untuk bolak-balik ke kamar mandi untuk sekedar memastikan angin di dalam perut keluar atau persiapan  akan muntah ditambah ada ibu tercinta yang selalu siaga setiap saat, namun sebaliknya di sini rasanya begitu menyiksa karena hal tersebut tidak dapat dilakukan. Untuk pergi ke kamar mandi, terbilang jauh apalagi ketika sakit terasa di tengah malam yang terkadang membuat saya enggan menuju kamr mandi, namun sakit perut dan mual tersebut tak tertahankan dan tak kunjung hilang.

Alhasil saya memaksakan diri untuk tidur meski dalam keadaan yang tidak memadai disertai gerak harmoni sederhana antara saya, kasur, guling, bantal dan selimut untuk saling berganti posisi. Keesokan harinya, tanpa saya sadari seharusnya adalah hari Selasa, dan itu artinya..... jadwal saya untuk mata kuliah olah raga. Ketika saya tengok jam di HP ternyata telah menunjukkan pukul 05.45. Sedangkan kuliah dimulai pukul 06.00. Jujur saja ini menekan batin saya, haruskah saya pergi olahraga atau cukup kembali tidur sekalian mengembalikan keadaan perut seperti sedia kala. Namun, untuk sekali lagi saya baru mengingat ini adalah kuliah terakhir dan berarti ini adalah jadwal pengambilan nilai fisik. Kalau saya tidak hadir, maka saya tidak akan mendapat nilai dan artinya saya harus mengulang mata kuliah ini tahun depan. Tapi kalau saya pergi, apakah saya sanggup untuk mendapat tes fisik dengan keadaan perut yang mem"BERONTAK"

Dengan segera saya bangkit dan memutuskan untuk pergi olahraga saja, meski ini berarti perut saya akan beradu dengan kebutuhan akan nilai. Sekali lagi, saya mendapati diri saya dalam kegalauan. Kalau saya berangkat sekarang haruskah saya mandi atau tidak. Kalau saya tidak mandi, ini akan menurunkan harga jual saya di hadapan teman2 sekelas belum lagi ditambah perut saya yang membuncit berisi angin dan bau minyak angin semalam yang masih menempel pada tubuh saya, namun jika saya pergi mandi sekarang tidak ada waktu lagi untuk sekedar sarapan dan sholat. Saya bisa saja untuk datang terlambat, tapi ini berarti saya akan mendapat hukuman push-up 100 kali, yang ada bukannya menyelesaikan tes fisik tapi baru datang saja saya sudah tepar dan berakhir di RS.Karya Bhakti (entah mengapa nama RS yang terpikirkan adalah RS ini).

Tanpa pikir panjang lagi saya segera berlari dari tempat tidur saya yang berada di tingkat 2, turun dengan kecepatan 3 m/s menarik handuk layaknya pelari estafet yang baru mendapat tongkat dari pelari sebelumnya. Membawa ember mandi dan mencari kamar mandi. Sekali lagi kegalauan terjadi, saya harus memilih kamar mandi yang ada gantungan tapi tidak ada gayung, atau kamar mandi ada gayung tapi tidak ada gantungan. Entah mendapat ilham dari mana sesegera saya ambil gayung dari kamar mandi tak bergantungan ke kamar mandi bergantungan (Entah mengapa tidak dari tadi saja saya lakukan). Ketika mandi pun saya mengambil gerak cepat sudah seperti seekor cheetah yang berlari dan mengibas ekornya di dalam air.


Selesai mandi saya layaknya pembawa obor Olimpiade segera sholat lalu berganti baju, dan WOW, saya mendapati saya lupa mengambil baju olahraga saya di Laundry dan ini berarti saya kembali dalam kegalauan. Dengan terpaksa saya menggunakan baju kaos biasa saja dan segera cuss tanpa sarapan terlebih dahulu, bahkan sekedar minum air putih pun. Satu hal yang membuat saya terkangkang-kangkang adalah jam menunjuukkan pukul 05.58, saya tak tahu apa yang harus saya perbuat. Ternyata pemikiran tak berujung saya semenjak  tadi hanya membuang-buang waktu saja.


Singkat cerita saya sampai di Gymnasium tepat ketika sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya, ini berarti belum terhitung telat. Dan pada akhirnya maka telah sampailah pada pintu gerbang kemerdekaan  dengan keadaan perut yang menggelegar cetar membahana ulala badai tiada dua, saya mengikuti segenap prosedur tes, dan tanpa saya sadari hasil tes ini jauh lebih baik daripada ketika saya dalam keadaan sehat walafiat. Bahkan setelah tes, saya merasa jauh lebih bugar dan engingeng, saat saya di kamar ganti saya mengeluarkan segenap udara panas yang tersimpan dlaam kantong lambung saya, sungguh melegakan.

Satu hal yang dapat saya ambil dari sini adalah manusia akan menjadi lebih tangguh dalam keadaan yang tidak ia inginkan dan satu hal yang terlupa adalah mungkin saja perut kembung ini terjadi karena saya jarang olah raga, sehingga ketika olah raga semua begitu mudah dan lancar. Pelajaran lain adalah jangan terlalu banyak berpikir, karena ini hanya menyesatkan pada kegalauan dan berakhir lebih buruk daripada kita segera mengambil tindakan meski itu belum tentu menyenangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar