Segelintir Kehidupan Pejuang Pangan: Gita Cinta Putih Abu-Abu part 1

Total Tayangan Halaman

Senin, 17 Desember 2012

Gita Cinta Putih Abu-Abu part 1

Kalau orang bilang masa-masa SMA adalah masa yang tak terlupakan, nampaknya memang benar adanya. Meskipun saya tidak tahu akankah di kemudian hari akan tetapdemikian. Saya yakin setelah tamat kuliah alias sarjana, pasti muncul lagi paradigmabaru bahwa masa kuliah adalah masa yang paling indah. Begitupun setelah kita bekerja maka kita akan merasa masa yang paling indah adalah masa sebelum bekerja dahulu. Setelah menikah, kita akan merasa lebih nikmat ketika masih masa bujang dulu, ketika memiliki anak akan merasa lebih bahagia ketika belum mempunyai anak. Namun apakah pada akhirnya ketika meninggal kita akan merasa lebih indah apabila hidup di dunia? Itulah yang tidak kita ketahui...

Eh, kenapa jadi ngelantur yak.... Yang pasti saat ini saya masih merasa masa SMA adalah masa yang indah. Kalau diibaratkan maka masa SMA seperti gambaran kecil kehidupan kita di masa yang akan datang, dimana kita baru merasakan fluktuatif hidup dipenuhi dengan kebahagiaan kegalauan, keharuan bahkan pertengkaran di antara sesama. Yang namanya cinta bersemi di masa putih abu-abu pun tak dapat dipungkiri. Bagaimana tidak? Orang yang paling dekat dengan kita adalah sahabat kita yang selalu setia menemani dikala suka maupun duka, meski lebih banyak dukanya....

Benih-benih untuk lebih saling memahami begitulah awal mula tumbuhnya rasa itu. Namun tak selamanya cinta itu harus memiliki, begitulah kata pepatah. Ini adalah salah satu kisah nyata cinta tak sampai yang masih saya pendam hingga saat ini pada seorang sahabat sekaligus cinta tersembunyi saya. Benar-benar ironis, karena orang ini pun hingga saat ini tak pernah mengetahui rasa yang saya pendam ini.

Entah mengapa, saya ingin membagi kisah ini, mungkin karena rasa yang tidak sanggup tertampung lagi dalam bendungan asmara yang seolah-olah setiap saat siap untuh memuntahkan larva-larva cinta yang menggenang di dalamnya.

Awalnya, saya adalah orang yang paling anti sosial, saya orang yang tidak pandai bergaul, jangankan untuk mendekati perempuan kemudian berpacaran, untuk menatap mata mereka saja saya tak sanggup. Namun entah mengapa saya bergabung dengan salah satu ekstra kulikuler yang paling menonjolkan kepercayaan diri dan merasa urat malu itu adalah haram hukumnya. Di ekstrakulikuler inilah saya bertemu dengannya..
.........................................................................
(To be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar